[KoreanFanFiction] I Love you…

[Cover Menyusul]

Author : Kan Rin Rin(kimyeongjeon) a.k.a. Hani

Title : I Love You…

Cast :

Chen a.k.a. Kim Jong Dae (EXO-M)

Park Ji Yeon (OC)

And Others…

Genre : School-life, Friendship, Romance

 

Hidup itu… bagi ku sangat pahit. Di sini tidak ada kegembiraan sama sekali. Dan Membosan kan—bagiku, ingin sekali aku mati. Tapi semua itu berubah, saat bertemu dengan nya —Chen side’s

 

Author P.O.V

Seorang namja berjalan dengan pelan di sepanjang koridor, menghiraukan tatapan-tatapan takut dan benci dari siswa-siswa di sini. Ia sudah terbiasa dengan tatapan itu. Siapa namja itu?

****

Namja yang dibenci oleh sebagian besar siswa di sekolah nya ini bernama Kim Jong Dae, atau sering di panggil Chen oleh orang yang lumayan dekat oleh nya. Dan orang yang dekat dengan nya hanya guru-guru saja. Siswa-siswa di sekolah ini takut dengan mata nya yang tajam.

Mata? Ooh, mata nya yang tajam ditambah kacamata yang cukup tebal. Tapi siapa kira, kalau kacamata nya itu menyembunyikan sosok tampan nan dingin di dalam nya. Dan sekarang, ia sedang berada di kelas mendengar kan penjelasan akhir dari guru bahasa Inggris nya.

“Chen” panggil Kim seosaengnim.

Chen yang merasa di panggil langsung mengalihkan pemandangan nya ke arah guru nya, “Ada apa seosaengnim?”

“Bisa kau bantu mengantar kan buku-buku ini ke ruang guru?” pinta Kim seosaengnim.

Chen hanya mengangguk, lalu berdiri dari kursi nya dan berjalan menuju Kim seosaengnim.

“Kau bisa?” tanya Kim seosaengnim.

Chen mengangguk pelan, lalu mengikuti guru nya yang sudah mendahului nya.

****

Chen berjalan dengan pelan, masih jam istirahat jadi tidak apa-apa kan untuk bersantai sedikit?

Masih, masih saja siswa-siswa lain nya menatap takut Chen. Mata nya begitu tajam dan mengerikan. Tapi, apa tidak tahu kalau itu menandakan kesepian?

“Mereka masih saja begitu” guman Chen pelan.

Chen tak acuh pada sekeliling nya, ia langsung pergi ke dalam kelas nya dan duduk di kursi nya, ia ingin tenang.

“Hei, kudengar akan ada murid baru!”

Jinjja? aku penasaran, siapa dan bagaimana murid baru itu!”

“Besok dia akan masuk, itu yang kudengar dari desas-desus seosaengnim-seosaengnim

“Aish… semoga saja murid baru itu yeoja!”

Chen yang sedari tadi diam dan tak sengaja mendengar pembicaraan teman sekelas nya itu menghela nafas. Murid baru, bagaimana rupa nya, eoh?

“Murid baru, semoga tidak merepotkan” desis Chen malas.

Oh Chen, apa kau tidak tahu kalau murid baru itu yang akan mengubah hidup mu?

****

Tomorrow…

Kini mentari memancarkan sinar nya, membuat orang-orang sadar akan siang akan datang.

Seorang namja yang bernama Chen sedang sarapan sendirian di apertement nya. Ia mengunyah lambat roti yang ia makan. Toh, masih 45 menit untuk waktu masuk. Dan jarak antara apertement dan sekolah tidak terlalu jauh.

Trrrt… trrrt…

Chen yang terasa terganggu berhenti mengunyah makanan nya, lalu memandang handphone nya yang bergetar.

Eomma…” desis Chen, lalu mengambil handphone nya.

Ia menekan tombol berwarna hijau, lalu mendekat kan nya ke telinga nya.

Annyeonghaseyo eomma….” sapa Chen.

Annyeong Chen… bagaimana kabar mu di sana, honey?’ balas eomma Chen.

“Aku baik-baik saja eomma, kalau eomma?” tanya Chen.

Nado honey… lalu, bagaimana dengan sekolah mu? Hm?’ tanya eomma Chen.

“Baik eomma, nilai ku juga baik” jawab Chen.

Bagus lah, oh ya honey. Eomma kangen dengan mu, datang lah ke Amerika, ne?Kalau kau ada waktu’ ujar eomma Chen.

Ne, tentu saja eomma” ucap Chen

Dan kalau kau punya yeojachingu, bawalah dia, hihihihi’ kekeh eomma Chen.

Ya! Eomma! Aku belum punya yeojachingu!” elak Chen.

Ne.. ne.. eomma hanya bercanda.. bye honey, see you’ ucap eomma Chen.

See you too” balas Chen.

Klik

Chen memencat tombol merah mengakhir kan pembicaraan dengan eomma nya yang jauh di sana.

“Ck, 10 menit lagi. Baik lah, waktu nya sekolah” ujar Chen yang langsung melesat keluar apertement nya.

****

Annyeong semua… Park Ji Yeon imnida. Sedang berkenalan dengan kalian” sapa seorang yeoja—yang terlihat ceria.

Semua siswa—kecuali Chen memandang takjub yeoja yang akan menjadi teman sekelas mereka. Sungguh, yeoja yang bernama Park Ji Yeon itu berhasil membuat semua orang penasaran dengan nya.

“Baik lah Ji Yeon-ssi, silahkan duduk di… ngg… ah! Sebelah Chen!” ucap Shin seosaengnim, menunjuk dengan ibu jari nya tempat duduk di mana Chen duduk.

Ji Yeon mengangguk dan segera berjalan menuju tempat duduk yang di tunjukkan oleh Shin seosaengnim.

Ji Yeon duduk, lalu melirik teman sebangku nya.

Annyeong, Park Ji Yeon imnida, semoga kita berteman baik!” ucap Ji Yeon dengan nada ceria.

Chen melirik sekilas Ji Yeon, lalu menjawab dengan pelan, “Kim Jong Dae, kau bisa memanggil ku Chen—jika kau mau berteman dengan ku”

Ji Yeon mengangguk lalu memperhatikan pelajaran Shin seosaengnim.

Chen kembali melirik Ji Yeon sekilas, lalu berguman kecil, “Apa dia merepotkan? huh”

****

Saat istirahat, banyak murid yang berada di kelas—dan di luar kelas berkenalan dengan Ji Yeon, Lihat saja bangku Ji Yeon dan Chen, penuh dengan siswa-siswa yang ingin berkenalan dengan Ji Yeon. Tapi di mana Chen? Ji Yeon sendiri tidak tahu, saat bel istirahat berbunyi, Chen langsung pergi keluar kelas, dan seketika teman-teman sekelas menghampiri Ji Yeon.

Chen menyender di sebelah pintu. Ia tahu, jika ada murid baru seperti itu, maka dari itu ia pergi. Dia tidak suka suasana yang ribut. Ia suka ketenangan.

“Chen, annyeong!”

Sebuah suara merdu mengagetkan Chen yang tengah melamun. Dan tentu saja Chen sudah siap untuk memarahi nya.

YA! APA-APAAN KAMU?!” teriak Chen kesal

Orang yang mengagetkan Chen tidak lain adalah Ji Yeon terkaget dengan teriakan Chen yang cukup besar.

“Hehehe… aku kan hanya menyapa mu, bagaimana kalau kau mengantar kan ku ke seisi sekolah? Jebal~~” rengek Ji Yeon.

Chen memutar bola mata malas, lalu melirik sekitar. Semua siswa melihat kejadian itu hanya menatap takut Chen dan menatap takjub—atau kasihan Ji Yeon.

“Kenapa harus aku?” tanya Chen malas.

“Kan kau teman sebangku ku! Ayo!” ajak Ji Yeon meraih tangan Chen dan mengajak nya berkeliling sekolah, untuk Chen kenal kan pada nya.

Mungkin benar, dia merepot kan’ rutuk Chen.

****

Gomawo Chen… aku sudah hapal tempat-tempat di sekolah ini!” ucap Ji Yeon senang.

Chen menatap malas Ji Yeon—teman sebangku nya, lalu berkata, “Lain kali, minta lah ketua OSIS. Jangan aku”

Ji Yeon memandang Chen, “Memang kenapa? Boleh kan aku meminta bantuan mu? Kita kan teman!”

DEG

Chen terpaku beberapa saat, pertama kali dalam hidup nya. Seseorang mengatakan kalau dia adalah teman. Teman, selama ini dia kesepian, dan membuat hidup nya tidak berwarna, bahkan Chen berpikir untuk mati saja. Dan kalau saja ia tidak di tahan oleh tetangga nya. Ia sudah tidak ada sampai detik ini.

“Teman…” desis Chen.

“Kenapa? Chen?” tanya Ji Yeon bingung.

Ani, gwenchana” jawab Chen pelan.

 

Chen P.O.V

1 week later…

Seperti biasa, aku bangun di pagi hari. Seperti biasa, suasana hening karena aku memang tidak suka keributan. Hanya saat aku bosan, aku bernyanyi, itu pun jarang.

Suasana di apertement ku tidak terlalu ramai. Barang-barang nya pun tidak terlalu banyak. Itu karena aku tidak terlalu suka berbelanja. Saat aku butuh kan saja berbelanja.

Bosan…

Aku bosan, selain karena hari minggu. Tidak ada yang menganggu ku seperti biasa, apa karena aku ingin di ganggu?

TING TONG~~ TING TONG~~

Ck, ini siapa yang menekan bel? Walau bosan, aku juga butuh ketenangan. Apa tagihan apertement? Tapi kan aku sudah membayar nya lusa kemarin?

Dengan malas aku berjalan menuju pintu. Aku bingung, memang. Karena sangat jarang sekali ada orang yang mau datang ke sini. Kata nya, karena mata ku menakutkan. Ah, aku memang sengaja. Mata ku memang tajam, dan aku tambah kesan menakutkan dengan kacamata tebal yang sebenar nya tidak ada minus maupun silindris. Kalau tidak? Aku akan di ikuti oleh yeojayeoja genit. Mengerikan.

CLEK

Annyeong Chen-ah! Aah… ternyata benar rumah mu di sini! Boleh aku bermain?”

Ck, dia lagi.

“Dari mana kau tahu apertement ku?” tanya ku tajam, kepada yeoja yang sering sekali mengganggu ku.

“Dari seosaengnim, ayo lah~~ kita kan teman~~”

Aku memutar bola mata malas, “Kalau aku tidak mau bagaimana?”

“Kau harus mau! Jebal Chen~~” ooh!! Tidak, dengan puppy eyes nya yang menjijikan nya itu. Tapi entah kenapa aku selalu luluh.

“Oke.. oke.. kau boleh masuk” ujar ku terpaksa. Ku lihat ia girang dan langsung masuk. Apa dia orang kampung yang merantau ke Seoul? Aneh.

“Rumah mu rapi sekali… di tambah oleh sepi”

Aku hanya menatap datar yeoja yang datang ke rumah ku itu. Lalu tersenyum kecil, mungkin aku tidak boleh ber-prasangka buruk dulu ke Ji Yeon, dia beda dari manusia-manusia lain.

 

Author P.O.V

Ji Yeon kini duduk di ruang tengah apertement Chen, ia melihat sekeliling dengan mata yang berbinar-binar. Seperti anak kecil yang baru diberi permen.

“Kau seperti anak kecil saja, Ji Yeon-ssi” ejek Chen yang datang dengan 2 gelas minuman.

Ji Yeon memandang Chen, lalu mengangguk, “Habis, aku jarang melihat hal seperti ini, di rumah ku kan tidak seperti ini”

Chen berdecak kecil lalu meletak kan minuman didepan mereka.

“Baik lah, kau mau ngapain sekarang?”

“Bernyanyi bagaimana? Suara ku bagus kok! Aku bawa tape” jawab Ji Yeon mengeluar kan tape dari tas nya.

Chen tampak berpikir, lalu mengangguk. “Boleh, tapi jangan beritahu yang lain, yakso?”

Yakso! ”

****

‘Dang wo qian ni shou quan shijie xianmu buyi ♫♪

Dang ni wen wo cai dong zhe ganjue bu hui genggai ♫♪

My babe, baby babe, baby, baby~ ♫♪

Wo wufa buxiang ni ♫♪

Shifou zheyang jiushi ai~ ♫♪

Zhi xiang rang ni xiao de xiang ge chunzhen xiaohai ♫♪

Zhi xiang gei ni anwei xiang ge pengyou ban de yilai ♫♪

My babe, baby babe, baby baby~ ♫♪

Gaosu wo daodi What is love?’ ♫♪

 “Woo!! Suara mu bagus sekali Chen!,” puji Ji Yeon, “Dan ternyata kau bisa bahasa China!”

“Memang,” ucap Chen, “Dan jangan beritahu siapa-siapa!”

“Tenang~~ dan…aku baru sadar kau tidak pakai kacamata. Kau tampan sekali!!” pekik Ji Yeon.

Chen memutar bola mata malas, “Jangan berlebihan”

“Besok kau jangan pakai kacamata ne! Supaya kau bisa diterima banyak orang!” ujar Ji Yeon.

“Kalau aku tidak mau bagaimana?” tanya Chen kesal.

“Kau harus mau Chen! Aku tahu kau selama ini kesepian!” jawab Ji Yeon tegas.

Chen kembali memutar bola mata malas, sebelum ia berkata lagi, Ji Yeon memotong nya.

“Aku tahu dari seosaengnim-seosaengnim, mereka juga kasihan kepada mu” lanjut Ji Yeon.

Chen mendesah berat, “Baiklah, sesuai keinginan mu. Tapi jika namja tiang listrik itu mengejekku, aku salahkan kamu, Ji Yeon-ssi

Ya! Panggil aku Ji Yeon saja, dan… namja tiang listrik? Maksud mu Changmin?” tanya Ji Yeon.

“Siapa saja namanya, sekarang giliran kau yang bernyanyi! Park Ji Yeon!” tukas Chen.

Ne.. ne.. lagi Angel, ne?” pinta Ji Yeon.

“Terserah”

‘Neoui sesangeuro ♫♪ yeorin barameul tago ♫♪

Ne gyeoteuro ♫♪ eodieseo wannyago ♫♪

Haemarkge mutneun nege bimirira malhaesseo ♫♪

Manyang idaero hamkke georeumyeon ♫♪

Eodideun cheongugilteni’ ♫♪

Ji Yeon memulai nyanyian nya. Chen diam, mendengar kan. Jika dipikir-pikir, suara nya tidak buruk juga.

“Selesai” ujar Ji Yeon, mengakhiri nyanyian nya.

“Bagus juga” puji Chen.

Ji Yeon tersenyum, “Tapi suara mu lebih bagus, Chen”

“Terserah kau”

****

Tomorrow…

Seperti yang diminta oleh Ji Yeon, Chen melepas kacamata nya, dan otomatis mengubah penampilan nya.

Banyak siswa-siswa yang heran, siapa dia? Murid baru? Tapi wajah nya sangat familiar di mata mereka. Bahkan tatapan nya sangat familiar. Tapi kini terkesan tajam, dingin, dan… tampan.

“Chen!” panggil Ji Yeon.

Chen menoleh ke’asal suara, “Apa?”

“Kau benar-benar mengubah penampilan? Kalau begini kau tampan!” ujar Ji Yeon mengacungkan jempol nya.

“Kataku biasa saja” ucap Chen datar.

“Kau harus tersenyum!” ucap Ji Yeon.

“Malas”

Ya! Tersenyum!”

“Malas”

“Ais… kau tidak akan tampan, Chen”

“Biarin”

YA!”

“JANGAN MEMAKSA BABO!”

“BIARIN! POKOK NYA KAU HARUS TERSENYUM!”

ANDWE!”

“Kalau begitu, aku paksa”

“Jika kau seperti itu, jangan harap kau akan hidup sampai esok”

“Biarin! Pokok nya kau harus tersenyum! Titik!”

“Hey Ji Yeon-ah! Dia pacar mu?” tanya seorang siswa, sambil terkekeh pelan bersama teman-teman nya.

“BUKAN!” pekik Ji Yeon ,dengan muka merah padam.

Chen yang tidak meninggal kan kesempatan nya langsung pergi sebelum Ji Yeon memaksa nya lagi.

****

“Ck, kalau saja aku tidak mengikuti permintaan yeoja itu, aku tidak akan mendapatkan tatapan-tatapan itu” decak Chen kesal, menyadari yeoja-yeoja di kelas nya memandang nya kagum dan… sebagian nya… genit?

Chen menghela nafas, lalu mengedarkan pandangan keluar jendela—dan kebetulan bangku nya ada di sebelah jendela, ia tidak bisa tenang. Biasa nya, ia bisa tenang sambil menikmati pemandangan karena kelas nya yang sunyi—karenanya. Tapi setelah berubah penampilan—dengan paksaan Ji Yeon, kelas menjadi ‘sedikit’ berisik, walau sedikit, ia tetap terganggu.

“Cakep sekali… aku tidak percaya kalau itu Jong Dae-ssi

Ne, seperti bukan Jong Dae-ssi!”

“Aku ingin menjadi yeojachingu nya~~”

Ani! Kau tidak pantas! Lebih pantas aku!”

“Aku yang lebih pantas Lime!”

Ani YoonJu, aku!”

“Aku!”

“Aku!”

“BERISIK!” teriak Chen kesal. Dan seketika, kelas hening karena nya—lagi.

“Ck, menyusah kan saja” decak Chen kesal, lalu meninggal kan kelas yang masih hening.

Sepeninggalan Chen…

“Lihat YoonJu, Lime, Jong Dae-ssi marah—lagi karena kalian” rutuk Ah Ra

“Ah Ra! Itu juga kan salah mu!” ujar YoonJu dan Lime serempak.

****

Chen kini berada di kantin. Dan masih karena nya, kantin hening. Sebagian, menatap Chen takjub, sebagian nya lagi, menatap nya heran, baru melihat siswa yang seperti itu. Karena mereka mengenal Chen atau Kim Jong Dae, dengan sikap nya yang dingin dan pendiam itu.

“CHEN!”

PLETAK.

“BERISIK! PARK JI YEON!”

“….”

“Apa? Ada apa kau mencari ku?” tanya Chen kesal, karena ketenangan nya kembali terganggu.

Aniyo, aku hanya ingin menemani mu” jawab Ji Yeon dengan wajah polos nya.

“Aku tak butuh teman—walau aku menginginkannya, sana pergi” usir Chen.

Ji Yeon cemberut, ia mengembungkan pipi nya kesal.

“Aah… kembali ke permasalahan tadi pagi. Kau harus tersenyum Chen!” pekik Ji Yeon.

Ani! Sekali tidak tetap TIDAK! Dan jangan memaksa ku! Jika tidak, kau akan tahu akibat nya!” ucap Chen kesal, kenapa hari ini sangat dan sangat, sangat buruk? Hu-uh.

“Aku kan hanya membantu mendapat kan teman, Chen…” ujar Ji Yeon.

“Aku tidak butuh teman! Ingat itu!” ucap Chen tegas dan meninggal kan kantin, menuju kelas.

“Hiks… kenapa? Padahal kan semua orang butuh teman…” isak Ji Yeon kecil.

****

Tomorrow…

Chen kini kembali ke penampilan nya dulu, dengan kacamata tebal menghiasi mata nya. Dan membuat semua orang—kembali—takut dengan tatapan yang semakin menyeram kan dari Chen.

Dan… kini Ji Yeon pindah tempat duduk, atau karena posisi duduk memang jadwal nya sudah harus di pindah. Karena perpindahan tempat duduk 1 bulan sekali.

Dan Chen kini duduk sendirian—lagi.

“Apa tidak apa-apa kau duduk sendirian lagi, Jong Dae-ssi?” tanya JoonMyeon, ketua kelas.

Gwenchana, lebih baik duduk sendiri” jawab Chen datar.

JoonMyeon atau lebih akrab nya Su Ho mengangguk dan pergi menuju tempat duduk nya—bersama Minki—Ren, namja yang mirip sekali dengan yeoja.

“Baguslah, yeoja itu pergi” desis Chen cukup senang.

..

..

..

..

..

..

Hari demi hari, sudah terlewati. Dengan Ji Yeon—yang seperti nya menghindar dari Chen. Tapi seperti nya Chen menghiraukan nya, ia berpikir, bagus saja tidak ada yang menganggu nya.

Kadang, Ji Yeon memandang diam-diam Chen. Yaa.. walau tidak terlalu dekat. Tapi yang penting ia bisa melihat namja yang mulai… di cintai nya. Perlahan tapi pasti, Chen akan menyadari nya.

****

2 Month laters…

Masih sama, keadaan masih sama seperti 2 bulan yang lalu di antara Ji Yeon dan Chen.

Ji Yeon kadang ingin menghampiri Chen. Tapi rasa gugup yang entah dari mana membawa Ji Yeon menjauhi Chen. Chen yang sadar akan itu hanya tak acuh. Ia menganggap Ji Yeon itu merepotkan—baginya. Sifanya yang berisik tidak sesuai dengan sifat nya.

Tapi, seperti nya Ji Yeon berani, di mulai hari ini…

“Ch… Chen…”

Chen yang merasa terganggu melirik orang yang memanggil nya, lalu segera mengalihkan pandangan nya ketika tahu siapa orang itu.

“Ada apa?”

“Bis.. bis.. bisa bicara s..sebentar?” tanya Ji Yeon gugup.

Chen mendesah berat, lalu menggeleng pelan, “Ani, aku sibuk”

“Sibuk bagaimana, kau hanya diam di kursi mu dan memandang ke luar jendela lagi” gerutu Ji Yeon, seperti nya gugup nya itu hanya angin yang lewat.

“Aku sibuk karena kau menganggu ku, sana pergi” usir Chen kesal, dari raut muka nya, ia kesal di ganggu lagi. Padahal sudah 2 bulan mereka tidak berkomunikasi.

“Aish… pakai cara halus atau kasar? Ng?” tanya Ji Yeon.

“Tidak dua-dua nya” jawab Chen singkat.

“Ayolah Chen… jebal~~~” pinta Ji Yeon dengan puppy eyes nya lagi.

Puppy eyes mu sudah tidak mempan kepada ku Park Ji Yeon-ssi, sana pergi. Atau aku tendang kau!” ancam Chen.

“Terserah, aku kan hanya ingin menemani mu dan berbicara sebentar. Lagi pula… kita kan teman!” ucap Ji Yeon.

Chen memandang Ji Yeon dalam, memang. Hanya Ji Yeon—yang pertama kali menganggap nya teman. Tapi, kenapa malah di balas kasar oleh nya? Uugh.. sungguh, Chen di buat pusing untuk pertama kali nya.

“Kita itu bukan teman, dan sama sekali bukan teman sejak awal!” ucap Chen dengan nada tinggi.

“Kita itu teman tahu!,” hardik Ji Yeon, “Lagi pula kita juga sudah tahu rahasia masing-masing—walau hanya beberapa”

“Rahasia? Ck, aneh-aneh saja kau Park Ji Yeon-ssi memang nya apa yang aku tahu dari mu? Kau hanya yeoja penganggu saja. Tidak cocok untuk sifat ku. Sifat kita itu berbeda! Bagaikan Hitam dan Putih. Huh, sana pergi, menganggu ku saja!” gertak Chen.

Ji Yeon terdiam, ia menggigit bibir bawah nya keras, terisak.

“Che.. Chen… asal kau tahu saja… aku itu ingin ber.. berteman dengan mu Chen..” isak Ji Yeon kecil.

“Tapi kau hanya akan mengganggu ku” ucap Chen cepat.

Dunia seperti hanya milik mereka berdua, tidak peduli tatapan-tatapan dari teman sekelas mereka yang kasihan, marah, bingung kepada ChenYeon couple ini, aah.. belum bisa di bilang couple, untuk sekarang.

“Kumohon Chen… izin kan aku untuk mengambil satu kesempatan lagi untuk mencoba berteman dengan mu… jebal~~” pinta Ji Yeon terisak.

Chen yang sebenar nya tidak peduli hanya menghela nafas kecil, ia sebenar nya kasihan. Ini pertama kali nya ia kasihan dengan orang. Selama ini, ia hanya cuek dengan keadaan sekitar. Tidak peduli dengan orang-orang lain juga. Tapi… kenapa yeoja ini berhasil membuat Chen punya rasa kasihan? Bagai hati yang membatu menjadi lunak.

“Baik, terserah kau. Tapi jangan membuat ku muak dengan mu!” ucap Chen.

Ji Yeon tersenyum, lalu mengangguk.

2 bulan, waktu yang lama tapi singkat. Susah menjelas kan waktu nya. Tapi, berhasil membuat hubungan—pertemanan mereka kembali seperti biasa.

Khamsahamida tuhan…”

Dan akhir nya… Ji Yeon berbicara di kelas dan di dengar jelas oleh teman-teman yang lain.

****

Tomorrow…

TING~~ TONG~~ TING~~ TONG~~

Chen melangkah malas, ia sudah tahu siapa yang di depan pintu itu.

KREK.

Annyeo—”

“Aku tahu, cepat masuk” potong Chen

Ji Yeon mengembungkan pipinya kesal, lalu melangkah masuk.

“Baiklah, sekarang kenapa kau kesini?” tanya Chen tajam.

“Ngg… selain bernyanyi, kau bisa apalagi?” tanya balik Ji Yeon.

“Belajar” jawab Chen pendek, dengan wajah datar nya.

“Selain itu~~~” ujar Ji Yeon gemas.

Chen tampak berpikir, selama ini, selain belajar, kadang ia bernyanyi, jalan-jalan, mendengarkan musik—itu jarang sekali, belanja kebutuhan, dan belajar. Sama sekali tidak ada yang spesial—selain bernyanyi.

“Tidak ada, paling hanya jalan-jalan” jawab Chen.

“Kalau kita jalan-jalan, aku pasti tidak mau” timpal Ji Yeon.

“Pasti nya -_-”

“Bernyanyi lagi bagaimana?” usul Ji Yeon.

“Malas”

“Kalau begitu apa~~~?” tanya Ji Yeon, ia tampak berpikir keras.

“Tidak ada, sana pulang. Menganggu ku saja” usir Chen.

Ji Yeon mengembungkan pipi nya kesal, lalu memukul pelan Chen, “Jangan mengusir ku terus dong, memang nya aku ini kucing. Di usir terus? huh” gerutu Ji Yeon.

Chen memutar bola mata malas, ia mengambil buku kuliahan yang biasa ia baca dan cukup ia mengerti, untuk umur yang masih 17 tahun itu hal yang luar biasa. Tak jarang Chen mendapatkan nilai yang fantastis setiap tahun nya.

“Kau membaca buku itu? Aku saja belum mengerti -,-” ujar Ji Yeon me-pout kan bibir nya.

“Makanya belajar” ucap Chen datar.

“Kita juga butuh hiburan kan? Bagaimana kalau kita ke Lotte World?” usul Ji Yeon.

“….”

“Tidak mau”

Ji Yeon mendesah berat, ia cukup kesal dengan sikap tak acuh nya Chen.

“Aahh!! Bagaimana kalau kau belajar tersenyum!?” usul Ji Yeon, mengingat usaha nya untuk Chen tersenyum.

Chen meletakkan buku nya di paha, ia menatap tajam Ji Yeon di balas tatapan aegyo nya.

“Tidak mau!”

“Ayolah~~ lagi pula hanya aku yang melihat~~” pinta Ji Yeon.

“Tidak!”

Jebal~~”

“Tidak!!”

Jebal~~ Jong Dae-ie~~”

Chen memutar bola mata malas, ia risih dengan Ji Yeon, jika hati batu nya itu tidak di lunak kan kemarin. Ia akan menolak mentah-mentah Ji Yeon dan mengusir nya.

“Baik lah, hanya kau yang melihat. Lalu, bagaimana?” tanya Chen datar.

Ji Yeon tersenyum senang, lalu menjelas kan nya, “Tersenyum itu mengungkap kan perasaan kita. Selain tersenyum, cara untuk mengungkapkan perasaan itu seperti marah, menangis, dan tertawa. Minimal, kita harus tersenyum. Setelah itu kita bisa mengekspresikan perasaan kita.”

“Aku sudah pernah marah, Ji Yeon-ssi” ucap Chen datar.

“Diam dan dengar kan penjelasan ku dulu Jong Dae-ssi,” ujar Ji Yeon cepat, “Tersenyum, bisa mengungkapkan perasaan senang, bahagia, terharu—biasanya tercampur menangis, dan yang bisa hati mu tenang.”

“Lalu?” tanya Chen pendek.

“Baiklah Chen, apa yang bisa membuat mu senang, bahagia, atau tenang?” tanya Ji Yeon.

“Senang dan bahagia, saat suasana tenang” jawab Chen datar.

“Bukan, bukan.. maksud nya, apa yang bisa membuat mu tersenyum? Dengan perasaan senang, gembira, tenang yang berada di hati mu” tanya Ji Yeon, lagak nya seorang seosaengnim.

Chen terdiam, ia menyerap perkataan Ji Yeon. Ia berpikir, apa yang membuat nya senang, gembira, dan tenang dari hati?

“Kalau membuat hati tenang, bernyanyi. Senang, saat bernyanyi. Gembira, saat bernyanyi. Tapi orang tua ku tidak memperbolehkan nya, karena harus fokus ke sekolah” jawab Chen, ia menjawab seraya menutup mata nya, merasakan angin yang entah ada atau tidak berhembus menyentuh kulit halus nya.

“Bernyanyi?” tanya Ji Yeon, ia mengerut kan dahi nya, bingung.

“Aku menyerap perkataan mu. Jadi, itu cara nya? Yaa… walau kadang saat bernyanyi aku tersenyum—kecil, tapi aku kan di suruh fokus belajar” jawab Chen.

“Kalau begitu, bagaimana kalau kita bernyanyi? Oke?” tawar Ji Yeon, ia mengeluar kan tape nya, dan menyalakan musik—yang mungkin di ketahui Chen, yang terkenal saat ini.

“Ini lagu Block-B, kenapa bukan EXO? Ng?” tanya Chen bingung.

“Coba dulu, ini bagus kok lagu nya. Tapi kau hapal kan? Ini terkenal” tanya Ji Yeon.

Chen mengangguk, lalu menghirup udara sebanyak-banyak nya untuk bernyanyi dengan suara emas nya.

Yeah yeah oh oh oh

Yeah yeah oh oh oh

Yeah yeah oh oh oh

Oh oh oh

 

Naega saenggakhaetdeon apeumboda jogeum deol han geot gata

Nolleo nagago je sigane jago yeppeun yeojadeul yeollakdo bada

Geu kkajit sarang ttawiga nareul mossalge hal riga

Jeoldae eobtji jeoldae eobtji jiwojyeosseo neon imi

 

Woah woah woah woah (yeah)

Woah woah woah woah (woah baby)

 

Ne gaseum sogeseo geuman nagajulge

Bogi joke neodo nal noha jullae?

 

Woah woah woah woah

Woah woah woah woah yeah

 

Imanhamyeon jokhae neowa nan ireoke

Tto namnami dwaesseo

 

Movie’s over yeonghwaneun kkeutnasseoyo

Muni yeolligo geudaero magi naerineyo

Bye bye good bye bye

Don’t make it bad oh girl jebal tteonaga jwoyo

Kkum gatdeon iyaiyaiyaiyaiyagi

Yeogikkajiga inyeonui kkeuchiya it’s over

Uh uh it’s over uh a~!

Block-B ‘Movie Over’

Chen bernyanyi dengan penuh pengkhayatan, walau ada sedikit bagian rapp nya, ia masih bisa bernyanyi. Tapi, kini berbeda, ia bernyanyi sambil tersenyum. Tersenyum sambil mengeluarkan air mata, terharu. #karena.musik.nya.bikin.terharu~~TT^TT

Ploook… plook.. plook.. plook…

Tepuk tangan riuh di apertement Chen. Ji Yeon bertepuk tangan puas. Chen menghapus air mata nya, lalu tersenyum manis ke arah Ji Yeon.

Gomawo Ji Yeon, kau berhasil membuka dunia baru ku” ujar Chen.

Ji Yeon tersenyum senang, ia lalu mengangguk.

“Sama-sama, aku senang kau seperti ini” ucap Ji Yeon.

“Tapi, aku tetap akan seperti dulu di sekolah” ujar Chen, mengundang kekagetan Ji Yeon.

MWO? WAE??” tanya Ji Yeon.

“Kan hanya kamu yang boleh liat aku tersenyum, Ji Yeon” jawab Chen enteng.

Ani! Kau juga harus tersenyum di depan banyak orang!” tegas Ji Yeon.

Chen kembali memasang wajah datar nya, lalu memutar bola mata malas, “Kalau begitu, aku tetap seperti ini saja”

ANI! YA!! JONG DAE!! CHEN!! WAAA!!!”

YA! BERISIK!”

****

2 day laters…

Semua siswa di sekolah Ji Yeon dan Chen kini menatap aneh namja yang kini tersenyum kecil. Dengan kacamata yang tidak menghiasi kepala nya, dan kesan dingin yang masih sedikit menempel di diri nya. Tapi segera di hilangkan walau hanya beberapa dengan senyuman. Sungguh, yeoja yang melihat nya pasti akan meleleh#termasukRinRin.

Kim Jong Dae alias Chen telah berubah total. Oleh seorang yeoja yang bernama Park Ji Yeon. Untuk siapa saja yang ingin berterima kasih karena telah mengubah Chen, berterima kasih lah pada Rin RinJi Yeon.

****

Chen melangkah dengan santai menuju taman sekolah, sudah 5 bulan sejak ia berubah, dan entah dari mana asal nya muncul fans-fans nya. Dan membuat Rin Rin ingin membunuh nya.

“Chen, aku tahu kau ada di sini” kekeh seorang yeoja yang kini duduk di kursi taman sekolah.

“Hahaha.. Ji Yeon, kau memang bisa menebak” Ujar Chen yang rencana nya ingin mengerjai nya.

“Memang” ucap Ji Yeon terkekeh.

“Hei Ji Yeon, bisa aku bicara?” tanya Chen duduk di sebelah Ji Yeon. Asal kalian tahu, taman sekolah tepat nya, taman belakang sekolah sangat jarang di lewati orang.

“Apa?” tanya Ji Yeon.

“Ngg… Gomawo, telah membuat ku seperti ini. Saat itu pertama kali nya aku tersenyum. Tertawa. Tenang,” Chen menghela nafas, “Dan entah kenapa, timbul sesuatu di dalam hati ku, perasaan menjolak saat dekat dengan mu. Aku bertanya dengan Xiu Min hyung—anak kelas XII-B. Kata nya itu adalah cinta”

Perkataan Chen terhenti, terganti oleh kesunyian.

“Park Ji Yeon…,” lanjut Chen, ia menatap Ji Yeon lembut, “Saranghae, jeongmal saranghae.. Park Ji Yeon…”

Chen langsung memeluk Ji Yeon erat. Ji Yeon yang sedari tadi mematung—karena kaget segera tesadar, dan membalas pelukan Chen.

“Chen…,” Ji Yeon menghela nafas, “Asal kau tahu, sejak hari pertama aku sekolah di sini, ada sebuah magnet yang menarik ku untuk berkenalan dengan mu, dan tanpa sadar, sudah 7 bulan lebih aku menyimpan perasaan ini”

Chen melepas kan pelukan nya, kini tangan kekar nya memegang kedua pundak Ji Yeon.

“Jadi???” Chen kini bergetar, ia mengharap kan jawaban dari Ji Yeon, sekarang.

Nado, nado saranghae.. Kim Jong Dae” jawab Ji Yeon, mengeluar kan air mata kebahagian.

Chen kembali memeluk Ji Yeon, begitu juga Ji Yeon. Membalas kembali pelukan Chen.

Di taburi oleh bunga di musim semi. Bagai bunga itu menjadi saksi cinta mereka di bantu oleh angin.

Mengekspresikan diri memang indah.

Seperti senyuman, tawa, kesal, tangis, cemburu, dan sebagai nya itu.

Tapi, cinta lebih indah. Karena di iringi oleh semua ekspresi itu.

|END|

Akhir nya selesai~~ \^o^/

Ini aku buat sebenar nya buar lomba FF, tapi nggak jadi dan aku tambah kan beberapa kalimat.

Jadi nya seperti ini 🙂

Ooh~~ Dae oppa~~ semoga saja yeoja itu adalah aku~~#ngarep

Please coment 🙂

Tinggalkan komentar